Tari Saman
diciptakan dan dikembangkan oleh seorang tokoh islam bernama Syeh Saman ,beliau
menciptakan syairnya dengan menggunakan bahasa arab dan bahasa aceh dengan
iringan gerakan –gerakan tangan dan syair yang dilagukan membuat seuasana
menjadi gembira, gerakan tepukan dada,tepukan diatas lutut, mengangkat tangan
secara bergantian dengan gerakan dan kecepatan yang serasi menjadi ceri khasnya.
Satu ciri
menarik dari tari Aceh adalah bahwa ia dilakukan secara berkelompok. Seudati
yang heroik dilakukan oleh delapan orang. Saman, sebagian menyebutnya “tari
tangan seribu” alias “a thousand hand dance” yang rampak dan dinamis biasanya
dilakukan oleh sepuluh orang laki-laki atau sepuluh orang perempuan.
Tari ini merupakan tarian yang diangkat dari kehidupan nelayan pesisir aceh yaitu membuat jarring “pukat” dan menangkap ikan dengan jaring ditengah laut. Suasana menarik pukat dengan harapan mendapat ikan yang banyak dinyatakan dengan semangat kerja keras da riang gembira yang sekali-kali terdengar teriakan senang pawang laut.
Tari Ranub Lampuan sangat terkenal di Aceh. Tari ini biasanya dimainkan untuk menyambut tamu terhormat dan pejabat-pejabat yang berkunjung ke Aceh. Tari ini juga di tampilkan pada acara-acara khusus, seperti para acara Preh linto, Tueng Dara Baro. Tarian ini dimainkan oleh tujuh orang penari wanita dan diiringi dengan instrumen musik tradisional Seurunee Kalee. Penari ditangannya memegang Cerana atau Puan yang yang didalamnya berisi sirih (ranub) yang akan diberikan kepada tamu-tamu sebagai tanda kemuliaan bagi tamu-tamunya. Tari Ranub Lampuan gubahan dari Tarian Aceh.
Tarian Meuseukat adalah tarian yang sangat pupuler di Aceh yang berasal dari Kab. Aceh Selatan. Tarian ini dimainkan oleh 10 atau 12 penari dan 2 orang penyanyi. Khusus untuk wanita mengambil posisi dengan cara duduk/berlutut dalam satu barisan dan membuat gerakan tubuh dengan tangan dan kepala. Nyanyian yang berisi pujian atau doa yang dimulai dengan gerakan lambat sampai dengan gerakan cepat.
Tari ini merupakan tarian yang diangkat dari kehidupan nelayan pesisir aceh yaitu membuat jarring “pukat” dan menangkap ikan dengan jaring ditengah laut. Suasana menarik pukat dengan harapan mendapat ikan yang banyak dinyatakan dengan semangat kerja keras da riang gembira yang sekali-kali terdengar teriakan senang pawang laut.
Tari Ranub Lampuan sangat terkenal di Aceh. Tari ini biasanya dimainkan untuk menyambut tamu terhormat dan pejabat-pejabat yang berkunjung ke Aceh. Tari ini juga di tampilkan pada acara-acara khusus, seperti para acara Preh linto, Tueng Dara Baro. Tarian ini dimainkan oleh tujuh orang penari wanita dan diiringi dengan instrumen musik tradisional Seurunee Kalee. Penari ditangannya memegang Cerana atau Puan yang yang didalamnya berisi sirih (ranub) yang akan diberikan kepada tamu-tamu sebagai tanda kemuliaan bagi tamu-tamunya. Tari Ranub Lampuan gubahan dari Tarian Aceh.
Tari Likok Pulo dewasa ini sudah menjadi salah satu tari wajib bagi
murid sekolah dalam Kota Banda Aceh sebagai mata pelajaran kesenian muatan
lokal. Karena pada akhir tahun l980an nasib tarian ini hampir punah dan kembali
diperkenalkan pada PKA Pkan Kebudayaan AcehIII tahun l988 hingga sudah berkembang
dan populer di kalangan masyarakat. Asal mula tarian ini berkembang di kawasan
Pulo Besar Selatan dalam wilayah gugusan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar,
sekitar 30 mil dari dararatan Kota Banda Aceh.
bagus thank you friend
BalasHapus